Mengapa saya nyandu dengan karya Karl May.
Kata nyandu berasal dari kata candu yang berarti
opium ,tetapi kata nyandu hanya merupakan meta-
morposa dari kegemaran yang berlebih-lebihan
terhadap sesuatu barang ,perbuatan atau hal2 la-
innya, contohnya nyandu sepak-bola,nyandu la-
gu2 dang-dut dsb.,jadi dapat juga berarti yang
positip.
Kalau saya membaca karya KM maka saya jadi
lupa akan keadaan yang nyata ,saya berubah men-
jadi salah seorang yang jadi saksi kejadian2 yang
digambarkan dalam karya2nya,jadi saya memasuki
alam fantasinya KM,seperti kena pengaruh candu
(menurut buku2 atau film,karena saya sendiri ti-
dak pernah mengkonsumsinya).
Terakhir ini saya ulangi membaca bukunya yang
berjudul „Di negeri kayu Eben“,itu jilid ke-3 dari
roman „Di negeri Mahdi“,petualangan KM seba-
gai Kara ben Nemsi di sekitar Sungai Nil,dengan
diantar oleh Ben Nil,dimana KM menulis perbe-
daan antara kuda dan onta,karena dalam petu-
alangan di gurun pasir tsb. mereka tentu saja
menggunakan onta.
Dibawah ini saya cuplikan „jalan pikiran“ KM :
Hanya dua orang saja di
ngat luas itu,dimana sinar matahari sangat menye-
ngat,sehingga timbul dalam pikiran mereka,
bahwa mereka se-olah2 dimasak di keringatnya
sendiri dan harus selalu menarik kain penutup
kepalanya untuk menutupi mukanya,supaya
dapat melindungi matanya terhadap kilauan
sinar matahari tsb. yang dapat menyebabkan
buta.
Tidak ada yang dapat dibicarakan,seperti su-
dah saling mengerti tanpa kata,kalaupun ingin
berbicara juga sulit,karena lidahnya jadi kering,
jadi lebih baik diam. Suasana sangat sepi,hanya
cakrawala yang sangat cerah,matahari seperti bola
api,dan hanya pasir saja disekeliling dimuka,
disamping,dibelakang dan didepan .
Onta berjalan setapak demi setapak,dengan
mengangkat kakinya secara otomatis,seperti
kilang kincir angin saja,tanpa gairah seperti
kuda yang baik,tidak berkomunikasi dengan
penumpangnya,tidak merasa gembira atau sedih
seperti penumpangnya.
Kuda dan penumpangnya dapat menjadi kawan,
ttapi onta dengan penumpangnya tidak sama
sekali,meskipun itu onta pilihanpun. Tidak
ada hubungan batin,itu terlihat juga dari cara
duduknya,di atas onda berbeda dengan diatas
kuda.
Penumpang kuda mengapit badan kuda dengan
kedua kakinya,terasa sentuhan otot penumpang
dan kudanya, terasa kedekatannya.
Kuda kadang2 dapat menerka kemauan penumpang-
nya lebih dahulu sebelum menerima perintah . Kuda
mencintai penumpangnya,mendengarnya,lari ke-
manapun si penumpang ingin. Beda dengan onta,
penumpangnya duduk tinggi dipunggungnya,terasa
sentuhan kakinya hanya kalau si penumpang menyi-
langkan kakinya diatas lehernya,jadi tidak ada peng-
hubung langsung,penumpang duduk seperti disingga-
si penumpang adalah tuan dan onta hanya budak.
Onta seperti budak belian,dan kuda seperti pegawai
yang bijak,jadi sangat sulit adanya saling pengertian
antara onta dan penumpangnya,onta hanya pasrah
saja,kadang2 berkeras kepala,tetapi jadi pasrah lagi
kalau dipukul,jadi tidak mungkin muncul rasa „cinta“
antara onta dan penumpangnya. Meskipun penum-
pangnya merasa,bahwa dia mengendarai makluk hi-
dup,tetapi sulit untuk menjalin hubungan,seperti dua
makluk yang berbeda,dan kesepian. Sebab itu penum-
pang merasa tersiksa dengan rasa kesepiannya.
Kuda berreaksi,dengan mengendus napasnya,dengan
suaranya,dengan gerakan telinganya,kepalanya dan
ekornya,atau cara jalannya,se-olah2 berkomunikasi
dengan penumpangnya,juga kalau ada sesuatu mem-
beri isarat pada penumpangnya,sedangkan onta ke-
lihatan rasa acuh tak acuhnya,paling2 hanya memi-
kirkan pakanan saja dan membawa penumpangnya
tanpa dapat mengenalnya lebih dekat, jadi dapat
disamakan dengan orang yang realis ,sedangkan
kuda dapat disamakan dengan orang yang romantis
dan naturalis,kuda dan penumpangnya saling merasa
simpati .
Jadi benar2 mengendarai onta digurun pasir meru-
pakan hal yang sangat menyiksa,yang sangat mem-
bosankan ,penumpangnya merasa mengantuk dan
hanya tahu ,bahwa ontanya meninggalkan jejak
garis yang lurus ,garis yang tak berakhir menuju
kedepan. Tak lebih dan dan kurang.
Catatan saya : Waktu KM menulis karyanya tsb.
dia hanya berfantasi saja,tetapi fantasinya me-
ngenai kuda dan onta tepat sekali,se-olah2 KM
berpengalaman dalam mengendari ke-dua2nya.
Sebab itu saya nyandu sekali dan kalau kita
simak lebih teliti,banyak isi tulisan2nya yang
patut dikagumi.
Praha, awal musin Semi 2005.
Djoko
alm. Martinus Soedjoko (mantan mahasiswa Indonesia di Cekoslowakia)